Rabu, 18 Februari 2009


HIDAYAH BUAT NITA


”Selamat pagi kakaknya Nita.” aku hanya memberikan senyuman kepada teman-teman Nita yang baru datang.
”Kak, kenalkan nih teman-temanku yang manis.” merekapun memberikan senyum ketika Nita memuji mereka, memang mereka terlihat manis seandainya mahkotanya ditutup dengan kerudung.

”Kenalkan nama saya Reni, Lita, Leni.” teman-teman Nita memperkenalkan diri mereka satu-persatu sambil mengulurkan tangan, akupun membalas tangan mereka dengan senyum walaupun aku sedikit merasa risih dengan pakaian mereka, walaupun demikian aku harus tetap bersikap ramah kepada mereka.
”Kalian sama kelas Nita?” aku mencoba mencari bahan pembicaraan untuk mencairkan suasana karena aku harus menemani mereka selama Nita lagi buat minuman.
"ya iyalah.”
”Oh...” jadi, mereka pasti sudah kenal dekat dengan Nita, aku khawatir ya Allah nanti mereka terlibat pergaulan bebas doa’aku dalam hati.
”Ini, minumnya girls.”

”Pasti kalian pingin ngobrol-ngobrol kan?, jadi kakak masuk dulu yah.”
”Okay, makasih yah kak.” Dari dalam aku memperhatikan mereka dari balik horden, aku hanya dapat mendo’akan mereka semoga mendapat hidayah dari Allah. Reni, terlihat sangat feminin pakaian yang dikenakan sangat lengket dikulit seperti tidak bisa bernapas, lalu Lita, pakaian yang dikenakannya hampir sama dengan Rini tapi rambutnya di cat agak kecoklatan lalu kalung salib dilehernya, dan Leni tidak jauh beda dengan mereka yang berbeda cuman dandanan yang sedikit mencolok yang sepertinya dia ikutin ala rock and roll. Dan adikku sendiri sudah pasti hampir sama dengan mereka rambutnya di cat merah karena dia suka warna merah dan dipotong agak segi, lalu dibawah bibirnya ada tindik, aku hanya menghembuskan nafas berat melihat pola hidup mereka yang seperti itu sekali lagi aku hanya mampu mendo’akan mereka karena setiap peringatan yang aku berikan tidak pernah didengarkan, katanya nanti masalah ibadah nanti kalau sudah tua padahal soal ajal siapa yang tau.
”Kak, Nita pergi dulu yah...Assalamu’alaikum!”
”Wa’alaikumssalam.” Nita pergi dengan senyum yang sangat indah, dari kejauhan Nita terlihat sedang berbicara dengan seseorang nenek-nenek dan membatunya membawa barang-barangnya, Nita memang terlihat anak yang nakal, dan cuek tetapi hatinya selembut sutera, aku masih bersyukur walaupun dia kurang mendengarkan apa yang aku katakan kadang-kadang juga dia sangat patuh, bisa dibilang dia orang yang susah ditebak selalu penuh kejutan.
”Leni, kapan lagi kita latihan?” itulah kebiasaan mereka pagi-pagi kumpul membicarakan soal pakaian apa yang akan mereka kenakan untuk kontes model itu.
”Latihan model, maksudnya?”
”Ya iyalah, masa’ latihan band, tampilnya kan lusa.”
”Ah kamu tampa latihan juga pasti udah juara.”

”Do’ain aja.” Hampir setiap hari kerjaan Nita cuman latihan demi mencapai ambisinya untuk menjadi model yang terkenal, aku akui diantara keluarga kami Nita lah yang paling memiliki body yang perfect waktu kelas 3 SMP dia pernah menjadi cover dalam tabloid remaja, aku cukup kagum melihatnya punya adik yang cantik, pintar, dan perfect, tapi dia sangat sulit bicara soal ngaji pasti selalu mengalihkan pembicaraan yang ada. Tak terasa sekarang sudah pukul 02.00 Nita sudah pulang sekolah dan istirahat didalam kamarnya sambil mengacak-acak komputernya, setiap ingin tampil dia selalu mencari gaung yang sedang trend dan membelinya dengan tabungannya atau minta mama dan papa.
”Nit, mau nggak ikut acara TOP hari sabtu mumpun libur.”

”Pasti tentang agama lagi kan?” jawabnya cuek.
”Banyak remaja yang seumuran kamu kok yang bakalan ikut, jadi nggak boring juga malah asyik lagi.”
”Aku nggak peduli, aku harus latihan, besokkan udah tampil.”
”Kan nani jam tiga, acaranya selesai jam 12.00”
”Kak, udah berapa kali Nita bilangin biar gimanapun kakak ngajak Nita, Nita nggak bakalan ikut soal gitu-gituan nanti aja deh kalo udah tua, Nita mau nekunin dunia model dulu.”
”Ta, siapa yang bisa jamin kamu bisa hidup sampai tua siapa tau kamu udah nggak ada besok, lusa, bahkan bisa saja kita lagi ngobrol-ngobrol gini malaikat Izroil datang dan jemput kamu tampa persiapan apa-apa, apa kamu bisa pertanggungjawabkan semuanya?”

”Kakak do’ain Nita biar cepat mati yah?” dengan suara yang keras, Nita berlari masuk kamar dan kelihatannya dia sangat marah sama aku membicarakan soal ini. Akhirnya kontes model yang sangat dinanti-nantikan Nita tiba juga, saking semangatnya dia berangkat tepat jam setengah tuju malam padahal dia tampil nanti jam delapan malam, ketika bersiapa-siap Nita jadi tersentak ketika hp mungilnya berdering.
”Halo siapa nih?”
”Aduh masa’ sih lupa, udah dua tahun temenan suara aku yang imut ini masih lom bisa kamu kenal?”

”Oh...Leni sorry yah tadi aku main angkat aja, tidak liat juga dihp aku siapa yang nelpon.”
”Ta, tungguin aku didepan gedung yah kita barengan masuk.”
”Okay deh, beres.” hpnya pun dimatikan lalu melanjutkan dandanannya yang sempat tertunda.
(setelah semuanya ssiap....)
”Nita pergi dulu yah ma, pa, kak Rin.”

”Papa antar yah!” ”Nggak usah, nanti ada Reni yang jemput.”
”Kalo gitu hati-hati yah nak!”
”Iya, do’ain yah semoga Nita dapat juara satunya, Assalamu’alaikum!”
”Wa’alaikumssalam.” Nita pun pergi dengan gaungnya yang indah wajahnya yang imut menambah keindahan gaungnya.

”Pa ini sudah jam sepuluh malam Nita belum pulang juga?”

”Tenang Nita pasti tidak apa-apa kan ada teman-temannya yang akan antar dia pulang.” Perasaanku pun mulai tidak enak mulai merasa resah, aku khawatir terjadi apa-apa dengan adikku, apalagi ini sudah larut malam belum lagi diakan perempuan apa kata tetangga nanti. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dan suara seseorang yang menangis aku bergegas untuk membuka pintunya.
”Nita!” aku tersentak kaget melihatnya, dia terjatuh aku mengajak nya duduk dan mama berada disampingnya sambil mengusap-usap pungunggnya agar tenang, sedangkan papa masih menatap Nita dengan tajam penuh penasaran untuk mendengarkan apa yang terjadi sebenarnya.
”Hiks, hikks, ma, Leni, Len...”

”Leni kenapa sayang?”
”Leni kecelakaan!”
”Ceritanya gimana sayang.” sambil mengusap-usap rambut panjang Nita.
” Waktu itu Nita nungguin didepan gedung, Leni membelokkan mobilnya terlalu kencang waktu mau kegedung, terus tiba-tiba ada mobil truk dari seberangnya jadinya nabrak mobil Leni, sempat dioperasi selama tiga jam dan ternyata dia mengalami pendaharahan dan akhirnya dia meninggal.” tangis Nita semakin menjadi-jadi karena sahabatnya yang sudah dia temani selama dua tahun harus meninggalkannya selamanya.
Tepat pukul 06.30 kami semua berangkat ke pemakaman Leni, Nita semakin tidak sanggup menahan air matanya yang telah menggumpal dipelupuk matanya, akhirnya butir demi butir seperti kristal terjatuh membasahi wajah imutnya. Ketika susana mulai tenang, hati Nitapun sudah merasa lega.
”Ma...pa, Nita mau ikut ngaji sama kak Rina, benar kata kak Rina maut datangnya tidak terduga-duga, Leni jelas-jelas barusan nelfon sebelum dia meninggal malamnya sudah pergi, Nita khawatirdan nanti dipanggil terus belum ada yang bsia dipertanggunggjawabkan nanti.” hatiku mulai merasa tenang ketika mendengar kata-kata itu dari bibir adikku sendiri, aku sangat bahagia, tidak apa Nita tidak mendapatkan piala itu yang penting kelak Nita mampu mendapatkan syurga nanti yang tidak ada tandingannya dengan piala itu.

0 komentar:

Posting Komentar