Selasa, 07 April 2009

Mutiara Hati

Malu karena Allah adalah perona pipi muslimah
Penghias rambutnya adalah jilbab yang terulur sampai dadanya
Dzikir yang senantiasa membasahi bibir adalah lipstik muslimah
Kacamatanya adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat
Air wudhu adalah bedaknya untuk cahaya di akhirat
Kaki indahnya selalu menghadiri majelis ilmu
Tangannya selalu berbuat baik kepada sesama
Pendengarannya yang ma'ruf adalah anting muslimah
Gelangnya adalah tawadhu
Kalungnya adalah kesucian

from k' Joko Supriono

Senin, 23 Februari 2009


TAK SEMUA TUMBUHAN
BISA HIDUP DIDAERAH TANDUS
TAPI KAKTUS BISA

TAK SEMUA BUNGA
BISA JADI LAMBANG CINTA
TAPI MAWAR BISA

TAK SEMUA ORANG
BISA JADI TEMAN SEKALIAN SAHABAT
TAPI KAMU BISA

by k' shiddik

Rabu, 18 Februari 2009

KUMPULAN CERPEN



SELAMAT TINGGAL SAHABATKU


Udara dinginpun mulai lenyap ketika matahari yang berada diufuk timur mulai menampakkan wajahnya yang berseri, menerangi orang-orang yang sedang sibuk bekerja menjalankan rutinitas mereka seperti biasa, tetapi sinar yang terang itu tidak dapat lagi kurasakan karena ibu kota yang sangat menyesakkan ini sangat jauh berbeda dengan kota Bandung tempat aku di lahirkan.
“Sayang sudah sampai.” Tiba-tiba saja suara itu membangungkan aku dari lamunan yang tidak berarti ini.
“Sayang…” tetapi ketika teguran yang kedua kalinya aku barus membalas suara itu.
“Oh, iya pah.” Tak terasa ternyata aku sudah sampai disekolah baru ku ini, akupun bergegas turun dari mobil tetapi sebelum itu aku tidak lupa mencium punggung tangan ayahku.
“Sekolah yang baik yah sayang, jangan bandel loh.” memang kapan aku bandel gerutukku dalam hati.
“Brush…” mobil ayahku pun berlalu tampa berbalik lagi, aku hanya dapat memandang DD mobil ayahku yang perlahan lenyap ketika tepat di pembelokkan.
Langkahku terasa sangat berat kali ini semuanya terasa sangat sunyi tak seorangpun yang aku kenal, tapi mau tidak mau aku harus berusaha menyesuaiakan diri ditempat baru ini, sebelum bel berbunyi aku berusaha mencari kelasku.
“Lebih baik aku tanya orang itu pasti dia tahu.” usulku dalam hati
“Permisi… maaf kelas X2 dimana yah?” sepertinya dia tahu, terlihat jelas dia dapat menjelaskan dengan sangat detail, aku pun berusaha untuk mengingat apa yang yang dia jelaskan. Setelah beberapa menit akhirnya penjelasannya selesai juga.
“Makasih yah kak.”
“Sama-sama.” akupun berbalik dan berjalan sambil memutar memoriku kembali untuk mengingat penjelasaan orang itu, tetapi kayaknya ada yang aneh waktu aku berbalik dia tertawa sepertinya ada yang ganjil dengan diriku, jangan-jangan dia memberitahukan ku jalan yang salah, ah tidak mungkin dia kan sudah menjelaskan panjang lebar begitu masa mau buang-buang waktu cuman buat kerjain orang, akupun berdebat dalam hati.
Setelah berjalan sesuai apa yang dikatakan orang itu ternyata dugaanku benar dia memberitahukan ku jalan yang salah dan parahnya dia membuatku nyasar, di wc cowok, terpaksa aku aku harus mencari tahu lagi.
“A….”tiba-tiba aku di kagetkan dengan tangan asing menyentuh pundakku seperti tangan laki-laki, akupun mencoba berbalik dan lagi-lagi dugaanku benar.
“Maaf kamu kaget yah?” sambil memperlihatkan raut wajah yang sangat prihatin.
“Yaiyalah masa yaiya dong.” dengusku dalam hati
“Sekali lagi maaf yah.”
“Iya, iya ngga apa-apa kok” untung aku bukan orang yang jantungan
“Kamu, kenapa bisa nyasar disini?” aduh mana mungkin aku ceritain kejadian ini kan malu-maluin.
“Aku nggak nyasar disini kok aku cuman mau masuk wc.” balasku agar tidak malu-maluin.
“Tapi disini itu wc cowok, wc cewek itu dilorong sebelah.” aduh kayaknya bohong aku bakalan ketahuanan, lagian nih cowok lagaknya kayak detektif saja pakai nyeledikin lagi.
“Kamu pasti dikerjain sama orang ini yah?” sambil menjelaskan ciri-cirinya, dan ternyata ciri-ciri itu benar dengan terpaksa aku mengiyakan.
“Emang kamu mau ke kelas mana?” sambil menampakkan wajah prihatin lagi
“X2.” jawabku singkat karena masih malu.
“Kalo gitu samping kelas aku dong, kalo gitu kamu ikut aku saja.”
“Terserah yang penting sampai tujuan.” suaraku jadi terasa berat karena belum beberapa jam disekolah ini sudah beberapa kejadian buruk menimpaku.
Akhirrnya sampai tujuan juga, belum sempat aku berterimakasih sosok orang yang menolongku sudah hilang, tetapi tidak apalah pastinya akan ketemu lagi, kan dia disamping kelasku.
Tidak lama kemudia bel masuk berbunyi guru yang masuk jam pertama itu masuk dan memperkenalkan aku didepan kelas. Setelah diperkenalkan aku melangkah untuk mencari tempat duduk, aku memilih tempat duduk kedua sepertinya tempatnya kosong dan orang yang berada disebelahnya kayaknya ramah, aku mencoba untuk mencairkan suasana karena aku lihat orang ini mungkin malu-malu kepadaku jadi aku berusaha untuk kenalan dengannya, ternyata semuanya jauh dari khayalanku uluran tanganku dibalas dengan sangat kasar.
“Kamu jangan ribut, sekarang waktunya belajar.” sambil menampakkan wajahnya yang masam.
“Akukan cuman ingin kenalan.” kataku dalam hati
Jam istirahat pun tiba semua siswa berhamburan keluar dan menyerbu pada satu titik apa lagi kalau bukan kantin tempat kumpul siswa untuk istirahat dan kali ini hanya orang yang aneh ini yang berada disampingku yang tidak keluar istirahat tetapi cemilang yang kelihatannya dia bawa sendiri belum lagi buku yang terus dipegangnya tidak mengalihkan pandangannya.
“Kamu ingin jadi psikolog?” tanyaku untuk mencoba akrab lagi.
“Tidak.” tampa menoleh sedikitpun kepadaku seperti menganggapku tidak ada.
“Tapi baca bukunya kok serius banget?”
“Kamu berisik banget bisa diam nggak sih dari tadi bertanya melulu.” waduh betul-betul nih anak gimana aku bisa tahan duduk ditempat ini kalo orangnya kayak gini, tapi sudah tidak tempat yang kosong, terpaksa sabar yah hati sambil mengusap-usap dadaku.



Tidak lama kemudian akhirnya mau tidak mau es sekeras apapun akan meleleh begitupun dengan aku dan Cia, akhirnya dia bisa juga berubah kepadaku bahkan kami bersahabat, kini dalam jiwanya es yang sudah lama membeku meleleh dan menjadi air yang mengalir dengan hangatnya.
Tetapi hubungan itupun tidak berlansung dengan lama hari-hari ku terasa suram sejak kemarin aku mulai merasakan kegangjalan pada diri Cia, waktu itu baru pertama kalinya dia tidak ada digerbang menungguku biasanya dia menantiku dengan senyumannya yang indah sambil melambaikan tangannya yang lentik kepadaku, tetapi kini dia sama sekali tidak ada, aku berlari kekelas dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan tidak lama aku melihat sepucuk surat dimeja guru, dan ternyata itu surat keterangan dokter milik Cia, ternyata dia sakit, apa sakitnya parah aku hanya beradu dengan kata-kata hatiku mencoba menebak bagaimana keadaan Cia, aku tidak memiliki waktu luang untuk menjenguk Cia karena aku harus serius dengan bimbinganku untuk mempersiapkan diri menghadapi olimpiade yang sudah lama aku nanti-nantikan, lebih baik nanti aku mencari waktu luang untuk menjenguk Cia.



Dua minggu berlalu ternyata sosok yang aku nanti-nantikan belum juga datang hanya harapan yang ada dalam pikiranku dia hadir dan duduk disampingku sambil bercanda. Rasa rinduku kepada nya semakin berbuncah aku putuskan mencari tahu tempat tinggalnya karena selama ku bersahabat dengannya aku tidak pernah kerumahnya bahkan menyebutkan alamat rumahnyapun dia tidak pernah.
Tidak lama kemudian aku mendapatkan alamatnya aku segera berlari dan mencari alamatnya ternyata rumahnya tidak terlalu jauh, kelihatannya sedang kosong aku mengetuk tetapi sama sekali tidak ada balasan dari dalam sepertinya mereka semua sedang keluar, aku mencoba mencari tahu dengan mengunjungi tetangganya
“Permisi tante orang-orang di rumah ini kemana yah kok kosong?”
“Oh, mereka semua sedang kerumah sakit.”jangan-jangan Cia
“Siapa yang sakit bu?”
“Anaknya Aisya”
“Aisya” aku sedikit bingung dengan nama yang disebut tadi, aku baru ingat ternyata Aisya nama panjangnya.
“Rumah sakit mana yah bu?”
“Rumah sakitnya kalau tidak salah sumah sakit Fatmawati, iya tidak salah lagi Fatmawati.” dengan wajah yang serius.
“Kalau begitu terimakasih yah bu maaf kalau menggangu waktu ibu.” sambil melemparkan senyuman yang manis.
Sesampai dirumah sakit aku segera mencari tempatnya dimana,
“Sus pasien yang bernama Cia, eh Aisya kamar berapa?”
“Tunggu dulu yah dik saya cari dulu.” sambil memberikan senyuman yang menyejukkan seola-olah menyuruhku untuk tenang menanti sambil mencari nomornya.
“Oh ini , kamar nomor 25.”
“Makasih yah sus.” Aku segera berlari dan menuju kamar yan disebutkan tadi, ternyata tempatnya tidak terlalu jauh akhirnya aku dapatkan.
Tanganku terasa gemetar memegang knop pintu aku tak sanggup melihat sosok orang yang kusayangi terkulai lemah diatas tempat tidur, tetapi mau tidak mau aku harus membuka pintunya untuk menelusuri sebenarnya Cia sakit apa hingga berlaru-larut terus dirumah sakit.
“Assalamau ‘alaikum” mataku bertemu dengan mata ibu Cia, terbaca jelas dari matanya keadaan Cia sepertinya sangat menghawatirkan, langkahku terasa tertahan ketika melihat wajah yang putih cerah dulu kini jadi putih pucat seperti tidak bernyawa, kulit-kulitnya kini hanya tulang-tulang, yang terlihat, hati ku sangat iba melihat kondisinya yang seperti ini aku merasa tidak sanggup berlama-lama disini. Sebelum meniggalkannya dan mencari tahu penyakit apa yang berani menggerogotinya aku mencium keningnya.
“Tante sebenarnya Cia sakit apa?” dengan harapan dia tidak sakit parah
“Sebenarnya dia sedang menginap kanker paru-paru.”
“Apa tidak bisa disembuhkan?”
“Bisa tetapi kemungkinannya sangat kecil, itupun harus ke Singapore karena peralatan disini tidak terjangkau.”
“Kapan perginya?” tanyaku penuh harapan tidak bersamaan lombaku nanti.
“Besok lusa.” apa?, langit serasa runtuh menimpa kepalaku dugaanku ternyata tepat aku tidak dapat meninggalkan lombaku itu, itu lomba yang sudah lama aku idam-idamkan tetapi Cia sangat membutuhkan aku juga, ya Allah apa yang harus kulakukan.
“Tante kalo begitu aku permisi pulang nanti ibu mencari aku.” sambil memberikan senyum yang dipaksakan.
“Hati-hati yah nak.” kali ini hanya anggukan yang dapat kuberikan bibirku tak sanggup berucap apa-apa lagi, ternyata dia mengidap penyakit yang begitu parah yang tidak aku ketahui karena kesibukan ku sendiri, ternyata selama ini aku sangat egois.



Pagi ini matahari bersinar dengan sangat cerah tetapi tidak secerah hatiku lagi, nyanyian burung-burung begitu indah tetapi tidak seindah kehidupanku, hari ini serasa tak berwarna hanya hitam putih, hatiku sangat bimbang mobil ini mulai melaju kelokasi lomba tetapi jauh ditempat lain ada seseorang yang menantikanku untuk memberikannya semangat hidup, ya Allah aku harus bagaimana senyum ibu yang indah ketika aku mengikuti lomba ini sangat mengaharapkannya apa lagi jika aku memenangkan lomba ini, tetapi aku kan sahabatnya tidak mungkin akau membiarkannya dia pergi tampa salam atau pertemuan terakhir.
“A……” jerit hatiku semakin pusing tidak dapat aku keluarkan,
Setelah aku pikir baik-baik aku segera turun dari mobil ketika lampu merah menyala dan memanggil taksi dan menuju bandara, guru-guru yang membawaku lomba sempat berteriak hampir bersamaan menyebutkan namaku untuk kembali tetapi keputusanku sudah bulat kesempatan ikut lomba mungkin masih ada tetapi perjumpaanku dengan Cia belum tentu karena Allah selalu menyiapkan scenario yang tidak disangka-sangka.
Sesampai dibandara aku segea berlari dan mencari Cia ternyata dia belum berangkat tetapi kali ini tak ada senyuman atau lambaian tangan yang aku dapatkan, badannya terkulai rapuh diatas tempat tidurnya yang segera dibawa naik kepesawat yang aku tidak tahu kapan kembalinya atau mungkin sama sekali tidak kembali, aku berlari mencium keningnya sebagai tanda perpisahan ternyata air matanya menetes mungkin dia merasakan apa yang aku rasakan walaupun bibirnya tidak dapat berucap sepatah katapun tetapi wajahnya, dan air matanya mampu ku baca semuanya.



Sudah tiga hari setelah keberangkatan Cia. Sepulang sekolah aku melihat surat yang bersampul putih bertuliskan untuk diriku dari orang tua Cia, hatiku terasa berdebar-debar mungkinkah dia sembuh tetapi tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu, untuk mengobati rasa penasaranku aku segera membuka surat itu dan perlahan kubaca tak terasa air mataku mengalir dengan sangat deras hatiku terasa sangat sakit bibirku tak mampu berucap ternyata sahabatku meninggal dipesawat karena kecerobohan dokter, lupa membawa persediaan cairannya ketika cairan Cia habis tak ada persediaan ternyata itu adalah hembusan nafas terakhirnya.
“Selamat tinggal sahabatku” hanya kata itu yang dapat aku ucapkan untuk terakhir kalinya, sambil mendekap surat itu dengan air mata penyesalan.

HIDAYAH BUAT NITA


”Selamat pagi kakaknya Nita.” aku hanya memberikan senyuman kepada teman-teman Nita yang baru datang.
”Kak, kenalkan nih teman-temanku yang manis.” merekapun memberikan senyum ketika Nita memuji mereka, memang mereka terlihat manis seandainya mahkotanya ditutup dengan kerudung.

”Kenalkan nama saya Reni, Lita, Leni.” teman-teman Nita memperkenalkan diri mereka satu-persatu sambil mengulurkan tangan, akupun membalas tangan mereka dengan senyum walaupun aku sedikit merasa risih dengan pakaian mereka, walaupun demikian aku harus tetap bersikap ramah kepada mereka.
”Kalian sama kelas Nita?” aku mencoba mencari bahan pembicaraan untuk mencairkan suasana karena aku harus menemani mereka selama Nita lagi buat minuman.
"ya iyalah.”
”Oh...” jadi, mereka pasti sudah kenal dekat dengan Nita, aku khawatir ya Allah nanti mereka terlibat pergaulan bebas doa’aku dalam hati.
”Ini, minumnya girls.”

”Pasti kalian pingin ngobrol-ngobrol kan?, jadi kakak masuk dulu yah.”
”Okay, makasih yah kak.” Dari dalam aku memperhatikan mereka dari balik horden, aku hanya dapat mendo’akan mereka semoga mendapat hidayah dari Allah. Reni, terlihat sangat feminin pakaian yang dikenakan sangat lengket dikulit seperti tidak bisa bernapas, lalu Lita, pakaian yang dikenakannya hampir sama dengan Rini tapi rambutnya di cat agak kecoklatan lalu kalung salib dilehernya, dan Leni tidak jauh beda dengan mereka yang berbeda cuman dandanan yang sedikit mencolok yang sepertinya dia ikutin ala rock and roll. Dan adikku sendiri sudah pasti hampir sama dengan mereka rambutnya di cat merah karena dia suka warna merah dan dipotong agak segi, lalu dibawah bibirnya ada tindik, aku hanya menghembuskan nafas berat melihat pola hidup mereka yang seperti itu sekali lagi aku hanya mampu mendo’akan mereka karena setiap peringatan yang aku berikan tidak pernah didengarkan, katanya nanti masalah ibadah nanti kalau sudah tua padahal soal ajal siapa yang tau.
”Kak, Nita pergi dulu yah...Assalamu’alaikum!”
”Wa’alaikumssalam.” Nita pergi dengan senyum yang sangat indah, dari kejauhan Nita terlihat sedang berbicara dengan seseorang nenek-nenek dan membatunya membawa barang-barangnya, Nita memang terlihat anak yang nakal, dan cuek tetapi hatinya selembut sutera, aku masih bersyukur walaupun dia kurang mendengarkan apa yang aku katakan kadang-kadang juga dia sangat patuh, bisa dibilang dia orang yang susah ditebak selalu penuh kejutan.
”Leni, kapan lagi kita latihan?” itulah kebiasaan mereka pagi-pagi kumpul membicarakan soal pakaian apa yang akan mereka kenakan untuk kontes model itu.
”Latihan model, maksudnya?”
”Ya iyalah, masa’ latihan band, tampilnya kan lusa.”
”Ah kamu tampa latihan juga pasti udah juara.”

”Do’ain aja.” Hampir setiap hari kerjaan Nita cuman latihan demi mencapai ambisinya untuk menjadi model yang terkenal, aku akui diantara keluarga kami Nita lah yang paling memiliki body yang perfect waktu kelas 3 SMP dia pernah menjadi cover dalam tabloid remaja, aku cukup kagum melihatnya punya adik yang cantik, pintar, dan perfect, tapi dia sangat sulit bicara soal ngaji pasti selalu mengalihkan pembicaraan yang ada. Tak terasa sekarang sudah pukul 02.00 Nita sudah pulang sekolah dan istirahat didalam kamarnya sambil mengacak-acak komputernya, setiap ingin tampil dia selalu mencari gaung yang sedang trend dan membelinya dengan tabungannya atau minta mama dan papa.
”Nit, mau nggak ikut acara TOP hari sabtu mumpun libur.”

”Pasti tentang agama lagi kan?” jawabnya cuek.
”Banyak remaja yang seumuran kamu kok yang bakalan ikut, jadi nggak boring juga malah asyik lagi.”
”Aku nggak peduli, aku harus latihan, besokkan udah tampil.”
”Kan nani jam tiga, acaranya selesai jam 12.00”
”Kak, udah berapa kali Nita bilangin biar gimanapun kakak ngajak Nita, Nita nggak bakalan ikut soal gitu-gituan nanti aja deh kalo udah tua, Nita mau nekunin dunia model dulu.”
”Ta, siapa yang bisa jamin kamu bisa hidup sampai tua siapa tau kamu udah nggak ada besok, lusa, bahkan bisa saja kita lagi ngobrol-ngobrol gini malaikat Izroil datang dan jemput kamu tampa persiapan apa-apa, apa kamu bisa pertanggungjawabkan semuanya?”

”Kakak do’ain Nita biar cepat mati yah?” dengan suara yang keras, Nita berlari masuk kamar dan kelihatannya dia sangat marah sama aku membicarakan soal ini. Akhirnya kontes model yang sangat dinanti-nantikan Nita tiba juga, saking semangatnya dia berangkat tepat jam setengah tuju malam padahal dia tampil nanti jam delapan malam, ketika bersiapa-siap Nita jadi tersentak ketika hp mungilnya berdering.
”Halo siapa nih?”
”Aduh masa’ sih lupa, udah dua tahun temenan suara aku yang imut ini masih lom bisa kamu kenal?”

”Oh...Leni sorry yah tadi aku main angkat aja, tidak liat juga dihp aku siapa yang nelpon.”
”Ta, tungguin aku didepan gedung yah kita barengan masuk.”
”Okay deh, beres.” hpnya pun dimatikan lalu melanjutkan dandanannya yang sempat tertunda.
(setelah semuanya ssiap....)
”Nita pergi dulu yah ma, pa, kak Rin.”

”Papa antar yah!” ”Nggak usah, nanti ada Reni yang jemput.”
”Kalo gitu hati-hati yah nak!”
”Iya, do’ain yah semoga Nita dapat juara satunya, Assalamu’alaikum!”
”Wa’alaikumssalam.” Nita pun pergi dengan gaungnya yang indah wajahnya yang imut menambah keindahan gaungnya.

”Pa ini sudah jam sepuluh malam Nita belum pulang juga?”

”Tenang Nita pasti tidak apa-apa kan ada teman-temannya yang akan antar dia pulang.” Perasaanku pun mulai tidak enak mulai merasa resah, aku khawatir terjadi apa-apa dengan adikku, apalagi ini sudah larut malam belum lagi diakan perempuan apa kata tetangga nanti. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dan suara seseorang yang menangis aku bergegas untuk membuka pintunya.
”Nita!” aku tersentak kaget melihatnya, dia terjatuh aku mengajak nya duduk dan mama berada disampingnya sambil mengusap-usap pungunggnya agar tenang, sedangkan papa masih menatap Nita dengan tajam penuh penasaran untuk mendengarkan apa yang terjadi sebenarnya.
”Hiks, hikks, ma, Leni, Len...”

”Leni kenapa sayang?”
”Leni kecelakaan!”
”Ceritanya gimana sayang.” sambil mengusap-usap rambut panjang Nita.
” Waktu itu Nita nungguin didepan gedung, Leni membelokkan mobilnya terlalu kencang waktu mau kegedung, terus tiba-tiba ada mobil truk dari seberangnya jadinya nabrak mobil Leni, sempat dioperasi selama tiga jam dan ternyata dia mengalami pendaharahan dan akhirnya dia meninggal.” tangis Nita semakin menjadi-jadi karena sahabatnya yang sudah dia temani selama dua tahun harus meninggalkannya selamanya.
Tepat pukul 06.30 kami semua berangkat ke pemakaman Leni, Nita semakin tidak sanggup menahan air matanya yang telah menggumpal dipelupuk matanya, akhirnya butir demi butir seperti kristal terjatuh membasahi wajah imutnya. Ketika susana mulai tenang, hati Nitapun sudah merasa lega.
”Ma...pa, Nita mau ikut ngaji sama kak Rina, benar kata kak Rina maut datangnya tidak terduga-duga, Leni jelas-jelas barusan nelfon sebelum dia meninggal malamnya sudah pergi, Nita khawatirdan nanti dipanggil terus belum ada yang bsia dipertanggunggjawabkan nanti.” hatiku mulai merasa tenang ketika mendengar kata-kata itu dari bibir adikku sendiri, aku sangat bahagia, tidak apa Nita tidak mendapatkan piala itu yang penting kelak Nita mampu mendapatkan syurga nanti yang tidak ada tandingannya dengan piala itu.
KELUARGAKU

Brak…suara itu memecahkan kesunyian dirumah yang hampir setengah tahun kami tinggali sejak pernikahan mama dan papa, aku segera membangunkan kakak untuk mencari tahu apa yagn sebenarnya terjadi dikamar orang tuaku, suara itu sebenarnya tidak asing lagi bagi kami sejak papa terpilih sebagai pimpinan direktur perusahaan yang diwariskan dari orang tua papa kata harmonis tidak mampu lagi tercipta dikeluarga kami dan dengar-dengar ayah kini telah menghadirkan pihak ketiga dikeluarga kami sehingga keakraban tidak dapat lagi tercipta seperti dulu lagi.
“Bang aku takut.” bisikku.
“Nggak usah takut dik kan ada abang disini.” satu-satunya kini yang masih menaruh simpati dan perhatian adalah kakakku yang satu-satunya karena aku hanya berdua bersaudara.
“Pokoknya aku mau cerai aku tidak mampu lagi pah sama kamu apa lagi harus dipoligami dengan orang yagn tidak jelas asal-usulnya seperti itu.” pertengkarang antara kedua orangtuaku semakin terdengar kasar.
“Terserah kamu, yang penting Ceri kamu tidak boleh bawa pergi.” ancam papa kepada mama sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.
“Enak sa…ja aku yang siksa lahirin, kamu enak-enak mau bawa dia?!”
“Kan masih ada Endy, kamu saja yang bawa dia.”
“Tidak mau, kamu saja!” ketika mendenganr percakapan itu bang Endy segera pergi dan meninggalakan auk sendiri didepan pintu, genggaman yagn erat tadi di lenganku kini dilepasnya, aku tahu pasti dia merasa berkecil hati mendengar percakapan barusan , tetapi aku berusaha untuk meyakinkannya untuk tidak berfikir yang tidak-tidak.



“Sekarang kamu mau tinggal dengan siapa Cer?, sekarang pilih papa atau mama!” pertengkaran itu sekarang tidak lagi dikamar tetapi diepan aku dan mas Endy tampa memikirkan perasaan kami berdua.
“Cepat siapa sayang?” dengan bujuk rayu ibu ikut menimpali kata-kata papa.
“A, a, aku terserah mas Endy.” jawabku dengan gugup
“Kok aku sih dik?” bantah bang Endy, aku merasa heran mendengar kata-kata itu baru kali ini dia dia berbicara kasar kepadaku padahal semalam dia sangat baik padaku dan berjanji akan menjagaku.
“Pokoknya aku ikut bang Endy” dengan suara sedikit manja dan tinggi.
“Baik kalo gitu kamu mau dengan siapa En?”papa mulai terlihat kesal dan menatap dengan mata yang berapi-api.
“Aku mau ikut dengan mama.” mas Endy hanya tertunduk sambil menjawab pertanyaan papa, kelihatannya dia tidak sanggup menantang mata yang sedang menatapnya.
“Kamu dengar sendiri kan pah berarti Cery sama aku.”
“Ok. Never main for me” sambil melemparkan senyum yang pahit.
Aku, dan bang Endy bergegas pergi bersama mama tampa ada kecupan dari ayah atau sepatah kata sayang untuk kami, sekarang masa-masa itu kini pergi dan hanya tinggal kenangan.



Tidak lama kemudin bel istirahatpun berbunyi semua bergegas mengisi lambung tengahnya begitupun dengan diriku, tetapi beda dengan mereka kali ini aku ingin melepaskan rasa kesal ku dengan makanan-makanan ini.
“Brak!”
“Eh, apa kamu tidak punya mata yah?” bentakku kepada pelayan kanting ini
“Ma, maaf saya tidak lihat mbak.”
“Makanya kalo jalan pake mata jangan pake dengkul.”
“Sekali lagi maaf.” mohon pelayan kantin itu yang usianya tidak jahu beda dengan ku.
“Dasar.” karena kejadian barusan aku segera pergi meninggalkan kantin dan mencoba mencari suasana yang lebih nyaman.
Tidak lama berjalan tiba-tiba aku dikagetkan dari suara seseorang yang memegang pundakku sambil memperkenalkan namanya dari arah belakang, akupun berbalik dan ternyata dia tidak hanya sendiri tetapi bersama gangnya, dan orang yang paling berkuasa diantara mereka mengaku bernama Cici, orang yang pertama kali kenalan denganku, tampa basa-basi aku pun ikut dengannya apalagi aku anak baru disekolah ini tak satupun orang yang aku kenal. Dan akhir-akhir ini bang Endy juga mulai sibuk dengan urusannya sendiri, dia selalu menjauhiku dan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata kasar dengan tatapan sinis, aku pun tidak tahu apa yang membuatnya hingga berubah seperti itu. Apa lagi ibu mulai sibuk dengan urusannya sendiri pergi pagi pulang pagi, itupun pulang hanya ganti pakaian dan pergi lagi, tidak ada sedetikpun untuk aku dan bang Endy, tetapi itu bukanlah masalah besar bagiku aku masih punya gang baruku ini yang setia menemaniku, untuk apa aku memikirkan mereka belum tentu mereka memikirkan aku juga.



Kali ini aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temanku tidak tanggung-tanggung pula aku telah menghabiskan kartu kredit dua, apa lagi sekarang keuangan ibu sudah mulai bermasalah yang aku dengar perusahaan ibu bangkrut mau tidak amu aku pinjam kepada teman-temanku, jadi keuanganku masih bisa terselamatkan, tetapi tidak mungkin aku begini terus aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan keuanganku, tiba-tiba Cici mengetahui masalah ini dia menyuruhku untuk melakukan profesi yang sangat aku takuti yaitu sebagai pengedar narkoba katanya penghasilannya sangat banyak, perhari jika mendapatkan pembeli satu orang bisa dapat satu juta, karena kondisi ini akhirnya aku ikut juga.
Dari awal aku memang berfikir tidak mungkin aku menjalani profesi ini, aku tidak boleh tergantung dari penghasilan ini terus karena ini terlalu beresiko, dan tidak lama hal yang sangat aku khawatirkan akhirnya terjadi juga pas waktu transaksi tiba-tiba polisi datang ternyata mereka berhasil mendapatkan tempat kami, alhasil aku berhasil kabur dan teman-teman aku yang lain ditangkap oleh polisi, tetapi akupun masih belum bisa tenang ternyata wajahku terlihat salah satu dari polisi itu. Kali ini aku hanya bisa berjalan tampa tujuan, tiba-tiba semuanya terlihat rabun aku tidak mampu melihat apa-apa, kepalaku terasa sangat berat, dan akhirnya tubuhku pun terjatuh terkapar diaspal jalan yang cukup sunyi.
Sejak tragedy itu aku kira aku sudah berahadapan dengan malaikat mikail ternyata aku masih hidup dan sekarang aku tidak tahu sedang berada dirumah siapa yang aku lihat hanya perempuan yang berjilbab dengan manisnya memperlihatkan kepadaku senyumnya, saat mataku terbuka lebar aku menatap lekat-lekat gadis itu yang sepertinya tidak asing lagi bagiku, dan sepertinya dia adalah orang yang pernah aku tabrak waktu dikantin, ternyata hatinya baik sekali dia mau menerima aku padahal aku sudah berkata kasar padanya, aku berharap dia sudah lupa kejadian itu jika dia ingat aku pasti sanagt malu.



Tidak terasa aku sudah berada dirumah orang yang kuanggap sebagai keluargaku sendiri selama dua minggu, aku sangat bersyukur walaupn tidak sekolah tetapi masih ada ibu Ria yang membantu aku untuk belajar mengaji, shalat, dan masih Ria juga yang senantiasa untuk memberikan auk semangat untuk memakai jilbab dan Alhamdulillah kali ini aku berhasil mamakai jilbab aku ingin sekali ibu melihatku mengenakan jilbab ini dengan bang Endy.
Hiks…hiks….
“Suara apa itu seperti suara orang yang lagi menangis.” untuk mengobati rasa penasaranku aku mencoba untuk mencaritahu dimana asal suara itu. Ternyata ibu Ria yang sedang menangis.
“Ibu, kenapa menangis?”
“Ibu tidak apa-apa nak.”
“Ibu cerita saja apa yang sebenarnya terjadi?” bujukku.
“Sebenarnya ibu sangat rindu dengan anak ibu.”
“Maksud ibu?, sebentar lagi Ria pulang kok.” sambil mengusap-usap punggung ibu agar tetap tenang.
“Bu, bu, kan.” dengan suara yang masih sesenggukan, akupun menunggu dengan penasaran.
“Terus siapa bu?”
“Kakak Ria, sebenarnya Ria punya kakak tetapi saat dilahirkan dia tidak jelas meninggal a…”
“Atau apa bu?” rasa penasaranpun mulai menyelimutiku.
“Atau diculik orang, waktu itu ibu sedang sendirian dirumah sakit setelah melahirkan kakak Ria, karena ayah Ria harus menjual dulu nanti habis zduhur baru datang menjenguk ibu, tiba-tiba suster datang dan memberitahukan ibu bahwa anak ibu meninggal saat dilahirkan, padahal ibu sangat merasakn bahwa ibu sempat menggengdong anak ibu setelah dilahirkan. Itu sudah sangat jelas ibu sangat ingat dengan tanda lahir yang ada dipundaknya” kayaknya bang Endy juga punya deh dipundaknya sebelah kiri warna hitam kecoklatan.
“Kalo boleh tahu bu, tanda lahirnya sebelah mana dan warna apa?”
“sebelah kiri dan warna hitam kecoklat-coklatan.”
Apa?, kenapa kebetulan sama?, tidak mungkin, mana mungkin bang Endy anak…pasti salah orang, pasti salah orang. Jeritku dalam hati.
“Ka, ka, kalo beitu ibu sabar yah.” sambil mengusap-usap punggung ibu Ria lagi dan menyembunyikan rasa penasaranku.
“Bu aku kedapur dulu yah melihat masakannya.” ada apa sebenarnya yang terjadi di keluargaku?, ternyata masih ada seribu rahasia yang tidak aku ketahui mengapa mama dan papa membenci bang Endy?, mengapa bang Endy sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan mama dan papa?, sebenarnyaa rahasia apa lagi yang belum terungkap, betapa bodohnya kau terlambat menyadari ini semua.



Sebulan sudah lewat, aku sudah tidak pernah mendengar kabar-kabar tentang keluargaku bagaimana keadaan bang Endy, ibu, apa lagi ayah yang sudah tinggal diluar kota mungkin dia sudah nikah lagi. Tetapi kali ini pikiranku sedang tertuju pada satu titik sebanarnya bang Endy itu siapa?, dan sepertinya ada hubungannya dengan keluarga Ria, tunggu dulu waktu itu kan aku lihat golongan darah mas Endy tidak ada yang sama baik mama atau papa tetapi ini belum cukup kuat bisa saja ini dari kakek atau nenek, coba aku tanya ibu Ria mungkin sama hanya itu satu-satunya kemungkinan untuk mengetahui itu semua.
“Ria ada seseorang yang mencari kamu didepan.” tiba-tiba suara itu memecahakn lamunanku.
“Siapa?” baru kali ini ada yang datang mencariku.
“Nggak tahu, dia laki-laki, dan sepertinya orang baik-baik kok, keliatan dari pakaiannya sangat sopan dan lucu juga dia pake peci.” aku pun melangkah keluar dan mencoba menebak-nebak apa mungkin bang Endy, ah tidak mungkin bang Endy selalu pake topi bukan peci dan pakaiannya tidak sopan selalu pake celana bolong-bolong yang katanya untuk gaya padahal seperti orang yang kekurangan kain saja. Akupun sampai diruang tamu tiba-tiba mataku terasa berkaca-kaca dan akhirnya terjatuh juga embun yang sedari tadi tertahan, dengan refleks aku berlari dan menghamburkan pelukanku orang yang datang itu, ternyata dia telah berubah.
“Abang kok pakaiannya kayak gini?”
“Kamu sendiri napa?” sambil mengucek-ucek jilbabku yang sudah tertata rapi, setelah saling menghamburkan rasa rindu bang Endy menceritakan perjalannya hingga dia menjadi seperti ustad-ustad. Setelah bang Endy bercerita akupun menceritakan kejadian yang menimpaku hingga aku menemukan jati diriku yang sebenarnya.
“Assalamu‘alaikum.”
“Wa’alaikumssalam.” aku dan bang Endy hamper serentak
“Eh ada tamu.”
“Ini bang Endy bu.” bang Endy berdiri dari tempat duduknya dan mencium pungung tangan ibu Ria, aku melihat ada yang aneh dengan Ibu Ria tiba-tiba ada mendung yang sempat terbaca dari matanya ayng keriput termakan oleh usia yang tidak dapat aku terjemahkan apa yang mengeluti hatinya hingga seperti itu, setelah bersalaman ibu Ria meninggalkan kami berdua diruang tamu dan bergegas masuk kedalam, telihat jelas dia menjatuhkan setitik embun ari sudut matanya sebelum berlalu.
“Bang keadaan mama sekarang bagaimana?”
“Sekarang dia sedang dirumah sakit.”
“Mama sakit apa?” tanyaku dengan rasa yang sedang memendam rindu yang sangat dalam.
“Tidak terlalu parah dia cuman terserang sakit typus dan radang tenggerokan.”
“tidak apa-apa bagaimana!, itu namanya parah tau.” sambil mendorong badannya yang tidak bergerak sejenkalpun.
“Eh aku mau nanya bang.”
“Nanya apa?, pake minta izin segala.”
“Bagaimana abang bisa nemuin aku?”
“Aku kan punya mata-mata dimana-mana jadi gampang buat aku untuk nemuin kamu.” sambil menampakkan senyum kesombongan.
“Aku serius bang...”
“Ok. Aku dapat info dari teman aku yang tidak sengaja liat kamu sedang berada didepan rumah ini duduk memang sih aku sudah lama cari kamu, aku sebar foto kamu keteman-teman aku untuk bantu cari kamu.”
“Jadi…mas kangen aku juga!”dengan nanda sedikit mengejek.
“Tuh kan jadi geer.”
“Eh aku permisi pulang dulu yah sudah mau meghrib.”
“Tunggu dulu jangan main selonong aja nggak minta izin sama yang punya rumah.”
“Aku kan pergi tak diantar jadi pulang tak diantar juga dong, jadi nggak perlu kan...”
“Emang abang jalangkung?” tampa ceplas-ceplos lagi aku segera memanggil ibu.
“Bu…ibu”
“Eh, Cer apa nggak mau ikut sama abang?”
“Iya tunggu dulu tidak mungkin aku lansung pergi begitu saja pasti butuh waktu dulu Insya Allah besok sekalian jenguk ibu.”
“Eh, nak Endy sudah mau pulang?”
“Iya bu.”kali ini ibu hanya memperlihatnya senyum palsu terlihat jelas ada segores luka dari wajahnya yang berusaha dia sembunyikan, setelah bang Endy pergi akupun berusaha mencari tahu mengapa ibu seperti itu. Ternyata dia ingat dengan anaknya yang hilang itu ketika melihat bang Endy.



Semuanya terlihat berbeda ibu menjadi lebih baik mungkin tidak lain ketika tertimpa musibah sehingga berubah menjadi seperti ini tetapi ada yang aneh ketika ibu melihat ibunya Ria.
“Cer tolong kamu panggil ibu Ria.”
“Bu, ibu dipanggil ama mama” ibu Ria segera masuk kedalam dan mama menyruhku untuk menunggu diluar, aku yakin ibu ingin menceritakan kalau bang Endy itu anaknya bu Ria yang telah diculik beberapa tahun yang lalu.
Setelah beberapa menit semua menjadi heran melihat tingkah laku ibu Ria ketika keluar dari kamar rawat mama, dia memeluk erat bang Endy dengan berlinangan air mata, setelah beberapa saat kemudian keadaan sudah membaik kami semua berkumpul diruang rawat mama dan ibu Ria memulai ceritanya, ternyata dugaanku selama ini benar semua kejadian ini bermula dari sifat papa yang serakah akan kakuasaaan dia harus mendapatkan anak laki-laki baru bisa mendapatkan warisan itu mamapun dipaksa untuk pura-pura hamil dan tiba pada bulan kesembilan waktunya untuk melahirkan layaknya ibu-ibu normal lainnya, ayah menyuruh seseorang untuk mencari anak yang baru lahir tepat pada hari itu dan ternyata orang suruhan papa mengambil anak bu Ria yang tidak lain adalah bang Endy, mama sempat melihat foto bu Ria yang sengaja dia minta dari orang suruhan papa. Untungnya ibu Ria tidak marah kepada mama bahkan tidak menuntut apapun kepada mama, dia sudah bersyukur masih sempat dipertemukan dengan anaknya.

Sabtu, 14 Februari 2009

ISTILAH TEKHNOLOGI INFORMATIKA


A. Blogger : Orang atau tim yang merawat, mengisi, dan mengurus blog tersebut.
B. Browsing : Suatu program yang digunakan untuk mengakses internet.
C.Chatting : Suatu fasilitas dalam internet untuk berkomunikasi sesama pemakai D. internet yang sedang on line.
D. Digital : Hasil teknologi yang mengubah sinyal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (disebut juga dengan biner) untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat.
E. Downloading : Mengkopi objek dari internet ke disk, objek bisa berupa teks, gambar, music, film, dll.
F. E-mail : Fasilitas dalam internet yang digunakan untuk surat menyurat boleh antar kota maupun anat negara
G. Friendster : Fasilitas untuk membuat jaringan pertemanan di dunia internet.
H. LAN (Local Area Network) : Sistem jaringan komputer untuk menjalin komunikasi data antara satu komputer dengan banyak komputer yang dihubungkan paling sedikit dengan satu server yang bertugas untuk mengatur jalannya semua lalu lintas komunikasi data dalam jaringan tersebut.
I. Password : Kata sandi yang menjadi kode rahasia pengguna.
J. Protocol : Beberapa aturan untuk melakukan sesuatu. pekerjaan tertentu, mulanya mengirim e-mail.
K. TeleKONFEREN : Konferensi jarak jauh atau komunikasi interaktif antara tiga orang atau lebih yang terpisah jauh secara geografis.
L. Transmitter : Pemancar; sender bagian (alat) telepon yang digunakan untuk mengirimkan berita (pesan).
M. Server : Empat penyimpanan document-dokument web milik situs, web tertentu.
N. Spam : Istilah internet untuk menjelaskan segala macam pesan atau berita menjengkelkan, seperti e-mail tidak penting, iklan yang tidak diminta, e-mail berantai, dan iklan di news group.
O. Website : Kumpulan halaman web yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya.
www (World Wide Web) : Salah satu cara untuk saling bertukar informasi di internet.
P. Hotspot : Jangkauan dari jaringan WiFi, digunakan untuk interkoneksi tanpa kabel antar berbagai perangkat, misalnya notebook, PDA, dll.